Penulis : Suradi-Baitul Hikmah BSD
Bumi Sriwijaya. Julukan ini mengacu pada masa kejayaan Palembang sebagai ibu kota Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara yang memiliki angkatan laut yang kuat dan menguasai jalur perdagangan maritim di kawasan ini. Palembang sebagai pusat pemerintahan dan kebudayaan Sriwijaya meninggalkan warisan yang sangat besar dalam bentuk arsitektur, seni, dan budaya yang masih bisa dilihat hingga saat ini.
Istiqomah dan tumbuh berkelanjutan. Layaknya memutar siklus Plan Do Check Action (PDCA) maka untuk tetap menjaga keistiqomahan dan berusaha tumbuh berkelanjutan merupakan tantangan tersendiri dan menjadi peluang untuk beramar ma’ruf nahi munkar, berlomba dalam kebaikan dan saling nasehat menasehati dalam kebenaran dan nasehat menasehati dalam kesabaran.
Kesadaran ber Safari Subuh bermula dari, oleh dan untuk kita para anggotanya sehingga komitmen dan konsistensi untuk memutar siklus PDCA berikutnya diwarnai dengan semangat dan spirit kemandirian dan kebersamaan mulai dari kesepakatan masjid yang menjadi tujuan, berkumpul bersama dan seusai olah ruh dilanjutkan dengan olah rasa menikmati menu khas di kota setempat atau kearifan lokal menjadi tempat ber Safari Subuh.
Safari Subuh putar PDCA kembali. Kali ini di penghujung Mei 2025 di Bumi Sriwijaya menjadi tempat penyelenggaraan event nasional mempunyai alasan dan pertimbangan tersendiri diantaranya Palembang sebagai destinasi yang memiliki daya magnit dan daya magis para peserta dengan berbagai keunikan dan beragam kulinerannya.
Inilah kesempatan berharga bagi Safari Subuh untuk memutar PDCA. Dimana bumi dipijak disitu masjid dimakmurkan. Berikut ini 4 masjid di Palembang yang menjadi tempat Safari Subuh memutar PDCA.
1. Masjid Agung Palembang
Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I adalah sebuah masjid paling besar di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Masjid ini didirikan pada abad ke-18 oleh Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo. Saat ini, Masjid Agung Palembang telah menjadi Masjid regional di kawasan ASEAN. Masjid ini menempati kompleks seluas 15.400 meter persegi, di kawasan 19 Ilir, di mana merupakan salah satu Kampung Asli Melayu Palembang dan Arab yang telah lama didiami.
Masjid ini dipengaruhi oleh 3 arsitektur yakni Melayu, China dan Eropa. Gaya khas arsitektur Nusantara adalah pola struktur bangunan utama berundak tiga dengan puncaknya berbentuk limas. Undakan ketiga yang menjadi puncak masjid atau mustaka memiliki jenjang berukiran bunga tropis. Pada bagian ujung mustaka terdapat mustika berpola bunga merekah. Bentuk undakan bangunan masjid dipengaruhi bangunan dasar candi Hindu-Jawa, yang kemudian diserap Masjid Agung Demak. Ciri khas arsitektur Eropa terdapat pada rupa jendela masjid yang besar dan tinggi. Pilar masjid berukuran besar dan memberi kesan kokoh. Material bangunan seperti marmer dan kaca diimpor langsung dari Eropa. Sedangkan arsitektur China dilihat dari masjid utama yang atapnya berbentuk limas, terdiri dari tiga tingkat. Pada bagian atas sisi limas atap terdapat jurai daun simbar menyerupai tanduk kambing yang melengkung. Setiap sisi limas memiliki 13 jurai. Bentuk jurai melengkung dan lancip. Rupa ini merupakan bentuk atap kelenteng.Masjid ini dulunya adalah masjid terbesar di Indonesia selama beberapa tahun.[3] Bentuk masjid yang ada sekarang adalah hasil renovasi tahun 2000 dan selesai tahun 2003. Megawati Soekarnoputri adalah orang yang meresmikan masjid raksasa Sumatera Selatan modern ini.
Safari Subuh bersiklus PDCA perdana. Di bumi Sriwijaya menikmati indah dan berkahnya Safari Senin Subuh di masjid Agung Palembang ini tepatnya pada Senin, 26 Mei 2025. Pagi itu sebelum adzan Subuh berkumandang kami bersiap-siap di lobi penginapan sambil menunggu berkumpulnya anggota GKM Subuh. Meski cuaca hujan namun menyurutkan ghirah untuk bergegas berangkat dengan mengendarai sebuah kendaraan roda empat menembus gelapnya pagi dan cuaca hujan yang berlum reda.
Alhamdulillah sekitar 20 menit kami tiba di masjid Agung Palembang. Karena kami sudah berwudhu maka langsung memasuki ruang utama masjid. Kamipun merasa tersanjung karena ketika menuju tempat sholat subuh berjamaah langsung disambut oleh petugas masjid yang membawa beberapa kertas berlaminating dan dibagikan kepada para jamaah per lembar per jamaah. Kamipun menyambutnya dengan salam dan senyum menerima selembar kertas berlaminating tersebut. Setelah berkesempatan membacanya ternyata teks berisi 99 Al Asmaul Husna. Setelah sholat sunnah qobliyah Subuh maka para jamaah menunggu waktu iqomah tiba dan diisi dengan melafadkan Asmaul Husna satu per satu dengan nada khas yang dipimpin oleh seorang petugas masjid Agung Palembang. Selesai membaca 99 Asmaul Husna maka tiba saat iqomah dan kamipun bersama dengan para jamaah mengikuti sholat Subuh berjamaah.
2. Masjid Cheng Ho Palembang
Masjid Raya Cheng Hoo Palembang atau lebih dikenal dengan Masjid Sriwijaya adalah sebuah masjid bernuansa Muslim Tionghoa yang berlokasi di Kompleks Jakabaring, Kota Palembang. Masjid ini didirikan atas prakarsa pengurus Persatuan Islam Tionghoa Indonesia dan serta tokoh masyarakat Tionghoa di sekitar Palembang.
Selain itu, Masjid yang dibangun dengan perpaduan unsur Tiongkok, Melayu dan Nusantara. Modal awal pembangunan masjid itu sekitar Rp.150 juta dari hasil dana organisasi. Tanah tempat masjid berdiri merupakan hibah dari pemerintah daerah dan baru diresmikan pada 2006.
Arsitektur. Masjid Sriwijaya Muhammad Cheng Hoo, sebuah masjid yang berlokasi di Jakabaring ini punya disain arsitektur China, mampu menampung jamaah sekitar 600 dan berlantai 2.
Masjid Cheng Ho punya desain arsitektur yang unik, yang memadukan unsur-unsur budaya lokal Palembang dengan nuansa Cina dan Arab. Masjid yang dibangun di atas tanah 5.000 meter persegi ini berada di sebuah kompleks perumahan kelas menengah. Menara di kedua sisi masjid meniru klenteng-klenteng di Cina, dicat warna merah dan hijau giok.
Masjid ini mulai digunakan sejak Agustus 2008. Tidak ada pembatas yang memisahkan jamaah laki-laki dan perempuan di dalam masjid. Laki-laki salat di lantai pertama, sedang perempuan di lantai kedua. Di lingkungan masjid ini ada sebuah rumah kecil buat imam, sebuah kantor, sebuah perpustakaan, dan sebuah ruang serbaguna. Fungsi masjid Cheng Ho lebih dari sekadar tempat ibadah. Masjid ini menghelat kegiatan-kegiatan agama dan kemasyarakatan, dan telah menjadi sebuah tujuan wisata, yang menarik para pengunjung dari Malaysia, Singapura, Taiwan dan bahkan Rusia.
Masjid Cheng Ho menjadi bukti bahwa di Indonesia ada ruang bagi para warga untuk mengekspresikan identitas unik mereka – percampuran tradisi dan budaya Tionghoa dan Islam dalam konteks lokal Indonesia. Yang unik masjid Cheng Hoo merupakan sebuah bangunan untuk tempat beribadah yang memiliki ciri khas unik. Dengan nuansa merah dan berbagai ornamen khas, seperti aksen naga, lampion, dan ukiran khas Tionghoa menjadi simbol adanya percampuran antar budaya. Di mana kebudayaan yang melekat ialah budaya China atau Tionghoa.
Safari Subuh siklus PDCA kedua. Pada siklus PDCA kedua ini tepatnya Selasa, 27 Mei 2025 alhamdulillah semakin banyak anggota Safari Subuh yang ikut sehingga terdapat 2 kendaraan roda empat yang mengantarnya hingga ke lokasi masjid tujuan. Masjid Cheng Ho Palembang ini terletak di tengah-tengah kompleks perumahan sehingga kehadiran kami mendapat perhatian dari para jamaah lokal. Bisa saja karena melihat beberapa jamaah subuh yang belum dikenal atau pendatang baru.
Auranya memang berbeda dengan desain masjid yang unik dan memiliki kekhasan tersendiri yang melambangkan bentuk toleransi keberagaman dalam kebhinekaan.
3. Masjid Al Aqobah Pusri Palembang
PT. Pupuk Sriwijaya berdiri sejak 24 Desember 1959 sedangkan masjid Pusri ini dibangun pada 1967. Tak heran masjid ini menjadi salah satu objek wisata religi di Palembang. Masjid ini berbeda dari masjid yang lain lokasinya terbilang hijau dan asri dikelilingi pepohonan berada di dalam komplek perumahan sekaligis pabrik pupuk. Halamannya luas untuk tempat bermain dan biasanya ketika sholat Ied makan dipenuhi oleh penghuni komplek dan warga di sekitarnya. Di halaman masjid juga ada tempat parkir kendaraan baik roda empat maupun roda dua. Luas masjid sektar seperempat hektar dengan bangunan masjidnya sekitar 60 meter persegi. Di bagian depan terdapat taman dengan kolam air mancur yang luas. Disediakan bangku-bangku kecil sehingga digunakan untuk duduk santai. Di luar bangunan masjid didominasi warna outih dan hijau. Ada satu menara menjulang tinggi di bagian sampingnya. Jika malam hari bagunannya bersinar kehijauan mirip masjid Nabawi di Madinah.
Kali ini Safari Subuh memutar siklus PDCA ketiga. Pada Rabu, 28 Mei 2025. Alhamdulillah kami tetap istiqomah dengan jumlah jamaah yang berkendara 2 mobil menuju lokasi masjid tujuan. Dari sisi jarak inilah masjid yang paling jauh. Jarak tempuh ke masjid lebih jauh ini menambah semangat anggota GKM Subuh karena sebagai guide adalah pak Afandi yang juga masih aktuf bekerja di PT. PUSRI Palembang. Ketika tiba di area masjid Al Aqobah Pusri Palembang kami surprise dengan jumlah jamaah yang luar biasa hingga memadati di luar ruang utama masjid. Setelah konfirmasi ternyata pada saat ini diselenggarakan walimatus safar jamaah haji yang akan berangkat ibadah haji ke tanah suci.
Oleh karena itu menjadi catatan tersendiri bagi kami bahwa jamaah subuh di masjid Al Aqobah ini yang paling banyak atau paling makmur. Harapan kita paska pemberangkan jamaah haji ini juga tetap makmur jamaah subuhnhya. Aamiin.
Dalam perjalanan pulang kembali ke penginapan kamipun singgah sejenak berolah rasa di warkop H. Madina dengan beragam menu makanan khas Palembang : burgo, lakso, ragit, laksan, celimpungan, lontong dan aneka kue khas Palembang.
4. Masjid Al Falah Palembang
Masjid ini sering disebut juga Masjid Rajawali, karena terletak di jalan Rajawali. Berdiri tahun 1960 dan mengalami beberapa kali renovasi. Terakhir di resmikan di 2021 setelah proses renovasi oleh Gubernur Herman Deru. Tanah Masjid Al Falah ini adalah wakaf dari Bank Sumsel Babel.
Masjid Al Falah Palembang yang berlokasi di Jl. Rajawali RT. 26 Kelurahan 9 Ilir. Masjid Al Falah dibangun pada tahun 1969. Masjid Al Falah merupakan kategori Masjid Besar. Masjid Al Falah memiliki luas tanah 625 m2 , luas bangunan 2.700 m2 dengan status tanah Wakaf. Masjid Al Falah memiliki jumlah jamaah 50 - 100 orang jumlah muazin 4 orang.
Siklus PDCA keempat tetap bersemangat. Di masjid Al Falah Palembang Safari Subuh bersiklus PDCA putara keempat tepatnya Kamis, 29 Mei 2025 yang merupakan hari terakhir karena pada hari ini mulai pagi beberapa anggota Safari Subuh kembali ke kota asal masing-masing.
Banyak ilmu, ibrah dan hikmah. Perjalanan dan perjuangan panjang Safari Subuh di Bumi Sriwijaya kali ini mendulang banyak ilmu, ibarah dan hikmah antara lain ikhtiar kita bersama untuk memakmurkan masjid apalagi bila masjidnya sudah berdiri megah dengan segala fasilitas pendukungnya, menembus batas mendulang spiritualitas dan produktivitas dan obsesi masjid best practice dan role model yang ramah keberagaman menjadi destinasi wisata religi.
Harapan ke depan semoga Safari Subuh terus berkembang di tempat lainnya dan memutar PDCA berikutnya dengan lokasi masjid yang berbeda untuk menambah khasanah ilmu dan hikmah dengan spirit penguatan keshalehan individual, keshalehan sosial dan keshalehan profesional.
Ada pesta ada hadiah, hadiah dibuka isinya jam tangan.
Ber Safari Subuh secara istiqomah, tebarkan manfaat dan kebaikan.
Belanja buah salah di pasar Kampung Rambutan.
Dimana bumi dipijak disitu masjid kita makmurkan.
BSD Kota Santri. Baitul Hikmah Semakin Berarti. Markaz Hadits Generasi Qurani.